1.
Latar
Belakang Kesenian Debus
Menurut
Rohendi, staf bidang kebudayaan pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi
Banten mengatakan bahwa Debus berasal dari kata “ora tembus”. Hal ini di lihat dari atraksi menggunakan benda tajam
yang di gunakan dalam pertunjukkan kekebalan tubuh, dan benda tajam itu tidak
dapat melukai pelaku atraksi. Dari situ maka timbullah filosofi akan kata Debus tersebut.
Debus
merupakan kesenian khas masyarakat Banten yang hingga kini mampu berkembang
dengan baik. Debus di ciptakan pada abad ke-16, pada masa pemerintahan sultan
Maulana Hasanuddin Banten. Debus dapat
di terima dengan baik oleh masyarakat Banten pada masa itu karena akulturasi
antara budaya lokal dengan syiar Islam yang di bawa oleh Sultan Maulana
Hasanuddin. Sehingga dalam segala aktifitas pertunjukkan debus terdapat
unsur-unsur ke-Islaman seperti Dzikir dan shalawat.
Pada
masa itu, debus hanya di lakukan oleh para prajurit kerajaan sebagai ilmu yang
wajib di pelajarinya sebagai bekal ketika bertarung melawan musuh ketika dalam
keadaan terdesak. Namun hal ini kini dapat di pelajari oleh siapapun yang ingin
mempelajarinya dengan sungguh-sungguh. Tetapi dalam mempelajari atraksi debus,
seorang pemain debus harus disiplin dalam menjalani kehidupan kesehariannya.
Harus bersih lahir batin, artinya ia harus seorang muslim sejati yang
menjalankan segala ibadah baik puasa, shalat, maupun amalan-amalan lainnya.
Juga dalam lingkungan sekitar ia dikenal sebagai pribadi yang baik yang sesuai
dengan syariat Islam.
Pencak silat adalah seni beladiri khas Indonesia.
Namun, pada dasarmya Provinsi Banten juga memiliki seni beladiri pencak silat
tersendiri, yang pada dasarnya adalah sama, hanya penyebutan namanya saja yang
berbeda. Di wilayah sunda, silat juga di sebut dengan sebutan ulin (kelihaian untuk
bertarung/berkelahi).
Sebagai pembeda antara pencak silat nusantara dengan
pencak silat Banten terletak dari jurusnya yang mematikan, juga dari fungsi dan
ritualnya. Di akhir pertunjukkan pencak silat khas Banten seringkali identik
dengan atraksi debus. Sedangkan pencak silat nusantara tidak semuanya di akhiri
dengan pertunjukkan debus itu sendiri.
Ada pendapat mengatakan, karena silat itu identik
dengan berdzikir dan bershalawat, maka menyebut silat adalah shalat. Namun hal
ini belum bisa di benarkan karena belum ada alasan yang kuat mengenai persamaan
antara silat dan shalat. Karena pada dasarnya, pencak silat memakai mitologi
Islam dalam setiap unsurnya. Seperti berdzikir, amalan, puasa, serta yang
lainnya yang lebih merujuk pada ritual islami. Karena dengan itu semua, maka
akan dapat memaksimalkan kekuatan yang ada pada diri manusia. Sehingga menimbulkan
spekulasi seperti itu dalam lingkungan masyarakat.
Pencak silat dan debus sangat erat kaitannya. Karena
kedua hal ini selalu tampil beriringan dalam setiap kali megadakan
peertunjukkan. Silat mempelajari mengenai bagaimana mengolah akan kelihaian tubuh.
Sedangkan debus, mengolah kekebalan tubuh.
Silat menurut tujuannya di bagi menjadi dua. Yakni,
Kembang dan Eusi. Kembang artinya pencak silat di lakukan untuk
pertunjukkan semata dan sebatas untuk hiburan. Sedangkan Eusi adalah
pencak silat yang di lakukan seseorang hanya untuk dirinya sebagai bekal untuk
berjaga-jaga atau untuk digunakan ketika waktu tertentu saat keadaan mendesak
dan orang lain tidak boleh tahu bahwa ia memiliki ilmu bela diri pencak silat.
Menurut IPSI (Ikatan Pencak Silat Seluruh
Indonesia), silat juga terbagi menjadi dua. Yaitu Persilaga yang hanya
di tampilkan pada saat berlaga/bertanding, dan Persilani yaitu pencak silat yang di tampilkan hanya
untuk keperluan seni.
Silat di sebut juga sebagai seni. Karena olah tubuh
dalam gerakan silat memperlihatkan unsur estetika ketika pelaku silat
memainkannya, sehingga dapat menampilkan keindahan hingga akhirnya silat di
sebut sebagai seni beladiri.
3.
Cabang-Cabang
Organisasi Pencak Silat Banten
·
PAGUYUBAN KESTI TTKKDH
Merupakan singkatan dari “Kebudayaan Seni Silat dan Tari Indonesia
Tjimande Tari Kolot Kebon Djeruk Hilir” adalah wadah yang menghimpun para
pesilat Tjimande yang memiliki ciri-ciri tersendiri serta sekaligus merupakan
penerus budaya persilatan Tjimande yang didirikan pada tahun 1952dan berpusat
di Serang.
Aliran Tjimande masuk ke Banten seiring dengan proses Islamisasi di
Banten pada abad 17. Aliran ini berasal dari daerah Bogor, Jawa Barat. Karena
pada masa itu Banten masih satu daerah dengan wilayah Jawa Barat, maka aliran
pencak silat ini dapat berkembang pesat di daerah Banten yang hingga kini masih
berkembang dengan baik, di setiap daerah pun banyak didirikan cabang
kepengurusan akan organisasi ini.
Tokoh penyebar aliran pencak silat ini adalah Embah Khoir, Ibu Holiah,
Ayah Horsi, Embah Otjot, Embah Main, Embah Buya, dan seterusnya.
Dalam penerimaan calon pesilat baru, banyak syarat, ritual, serta
pantangan yang harus di lalui oleh pesilar baru tersebut. Diantaranya adalah
dengan diawali mengucapkan dua kalimat syahadat, lalu di lanjutkan dengan
mengucap sumpah janji yang berbunyi :
1.
Sesungguhnya saya masuk TTKKDH dengan tulus ikhlas dan suci hati, tidak
karena suatu maksud yang tidak baik dan bukan karena paksaan
2.
Bahwa saya selama-lamanya akan meninggikan ajaran agama Islam serta
melaksanakan segala perintah Allah dan RosulNya serta menjauhi segala
laranganNya
3.
Ada empat janji dan sepuluh amanat
di dalam sumpah atau pertalekan tersebut.
Acara ritual penerimaan murid baru persilatan
Cimande urutannya adalah :
1. Tawasul/Hadarat
2. Tahlil dan doa bersama
3. Mengucapkan dua kalimat syahadat
4. Mengucapkan sumpah janji dan pertalekan perguruan
yang di lanjutkan dengan mencicipi rujak, minum dan rokok yang tersedia
5. Pengurutan tangan murid baru, dengan minyak urut
yang telah di siapkan
6.
Murid baru di latih kelid satu murid satu guru
Daftar
susunan kelid aliran Tjimande versi Abah Mad Haris sebagaimana yang telah di turunkan
oleh Mbah Buya adalah :
1. Kelid Gede / Kelid Besar
2. Kelid Leutik / Kelid Kecil
3. Po Luar
4. Po Jero / po Dalem
5. Ketrok Luar
6. Ketrok Jero / Ketrok Dalem
7. Gojrog
8. Timpah Sebelah
9. Peupeuh Leungit
10. Selup
11. Selerekan
12. Konclang Kepret
13. Kedut
14. Kokolewangan
15. Pepedangan
16. Purak Nangka
17. Guntingan
18. Po Macan
19. Po Monyet
20. Cepolan
21. Porogan
Perguruan ini adalah
perguruan pencak silat yang tertua di Banten. Karena perkembangannya sebelum proses
penyebaran islam yang di lakukan oleh Sunan Gunung Jati dan putranya Sultan
Maulana Hasanuddin. Awal penyebaran perguruan ini berada di Desa Terumbu, Kecamatan
Kasemen, Kabupaten Serang. Di katakan perguruan silat Terumbu karena penyebar
aliran ini bernama Ki Terumbu. Jadi untuk menghargai jasanya, maka di
sematkanlah nama beliau dalam perguruan pencak silat ini dan juga sebagai nama
daerah perguruan silat ini berawal.
Para sesepuh dan leluhur
silat Terumbu adalah Ki Terumbu, Ki Buyud Beji, Abu Khalifah, Kiai Jamaludin,
Kiai Abdul Fatah, Kiai Masmiabang, Ki Junaidi Kubro, serta masih banyak yang
lainnya.
Silat Terumbu ini juga
memakai unsur-unsur keIslaman. Karena sebelum melaksanakan latihan pada malam
hari, mereka di wajibkan untuk menunaikan shalat Isya, Wirid, baca shalawat dan
dzikir hingga larut malam. Yang sebelumnya mereka juga di haruskan untuk
berpuasa. Hal ini bertujuan untuk mendekatkan diri terhadap Allah SWT pemberi
segala kekuatan. Karena prinsip silat Terumbu ini adalah menggunakan ilmu
Silatnya untuk membela agama dan karena Allah SWT.
Secara fisik silat ini terdapat
perbedaan pada posisi kuda-kudanya yang lebih mendekati tanah dari pada
perguruan lainnya. Dan kebanyakan jurus-jurusnya pun bersifat mematikan karena
melakukan pukulan pada titik-titik yang mematikan. Dari hal ini, maka IPSI
melarangnya untuk mengikuti perlombaan karena dapat membahayakan lawan.
Jumlah jurus yang telah
di ciptakan Ki Buyud Beji adalah 367 jurus. Namun pada penyebarannya kini jurus
itu berjumlah 41 jurus utama dengan 12 jurus yang bebas di ajarkan, dan jurus
sisanya di ajarkan pada murid dengan ketinggian level tertentu. 12 jurus
tersebut terdiri dari 9 jurus dasar dan 4 jurus pecahan.
9 jurus dasar antar
lain:
1. Tonjok
2. Gentus
3. Sangsut
4. Sendok
5. Depok1
6. Depok2
7. Colok
8. Gebrak
9.
Tutup jurus
4 jurus pecahan antara lain:
1. Cabut golok
2. Sepak puter
3. Bren
4. Geburan
·
PERGURUAN SILAT BANDRONG
Asal kata Bandrong
adalah nama jenis ikan yang sekarang biasa di sebut dengan ikan terbang. Nama
tersebut di ambil karena kemiripan jurus Silat Bandrong dengan sifat ikan
Bandrong yang cepat melesat dalam serangan dan juga penyebaran silat Bandrong
banyak di wilayah pesisir, dekat pantai.
Pusat penyebaran silat
Bandrong ada di wilayah Bojonegara, Pulo Ampel, Ciwandan hingga Pulo Merak dan
sebagian di Karangantu. Wilayah penyebaran terbesar dari silat Bandrong adalah
di Bojonegara dan Pulo Ampel.
Silat Bandrong hampir
setua Silat Terumbu karena di kembangkan bersamaan oleh KH. Yasin Beji sebagai
tokoh silat Terumbu di wilayah Bojonegara, Pulo Ampel dan Ciwandan kepada para
pejuang dan prajurit kerajaan guna menjaga kerajaan serta Sultannya.
Cerita kepahlawanan dan
kesatriaan silat Bandrong terangkat dengan peristiwa Geger Cilegon. Pesilat
Bandrong identik dengan pejuang dan kebanggan tersebut tertanam pada para
pesilat Bandrong hingga kini. Sedangkan pada Silat Terumbu lebih identik pada
sifat dan gaya santri. Walau sebenarnya banyak juga para tokoh silat Bandrong
adalah Kiai dan Ulama.
Gerakan silat Bandrong
sulit di tebak lawan karena banyak jurus-jurus yang menipu lawan dan di bantu
dengan kcepatan. Contohnya adalah istilah “Beset”. Silat Bandrong jarang
menggunakan kuncian. Gayanya adalah menyerang dan menjaga jarak ideal. Lebih
mengutamakan kecepatan menjatuhkan lawan dan waspada pada serangan lawan.
·
PERGURUAN SILAT MANDERAGA (ULIN ABU)
Aliran ini mungkin
kurang di kenal di kalangan persilatan. Penyebabnya antara lain aliran pencak
silat ini tidak mempunyai nama resmi dan seragam. Para penganut aliran ini ada
yang menyebutkan dengan nama Ulin Abu (diambil dari nama penyebarnya, yaitu Ki
Abu Arwanta), Ulin Sawah (mengambil nama tempat tinggal Ki Abu, yaitu Kampung
Sawah), Ulin Makao (diambil dari asal orang Cina yang merupakan guru Ki Abu),
Ulin Jeceng (nama salah seorang anak Ki Abu), Ulin Sabrang Girang (tempat
tinggal Ki Asnawi), atau bahkan adapula yang tidak menyebutkan nama sama
sekali.
Ki Abu Arwanta adalah seorang pendekar pencak silat yang telah
mempelajari beberapa aliran pencak silat dari beberapa orang guru., baik di
Banten maupun di luar Banten. Sampai pada suatu saat ia bertemu dengan ahli
kuntao dari Makao, yang kemudian menjadi gurunya. Namun dalam proses berguru Ki
Abu ternyata memiliki bakat untuk mengolah ilmu yang di terima dari orang Cina
Makao itu dengan ilmu yang telah di dapat dari guru-guru sebelumnya, ia
menyimpulkan bahwa masing-masing mempunyai keunggulan dan kelemahan. Timbullah
pemikiran untuk menggabungkannya sehingga masing-masing kelemahan tersebut
dapat saling di tutupi.
Tanpa di ketahui oleh
gurunya Ki Abu telah menciptakan suatu sistem perkelahian yang baru yang
memadukan teknik pukulan dengan kecepatan gerak dan kepekaan rasa.
Sampai sekaranng aliran ini terus berkembang, bahkan hingga keluar daerah
Banten. Yakni Pencak Silat Manderaga di Bandung, dan Perguruan Pencak Silat
Alas Banten di Banyuwangi yang pada tingkat tertentu mempelajari alairan pencak
silat ini.
·
PERGURUAN SILAT SERA
Perguruan silat ini
berada di daerah kaki Gunung Karang, Pandeglang- Banten. Namun masih sedikit
informasi yang dapat menjelaskan mengenai perguruan silat ini karena di
pelajari di daerah pedalaman Pandeglang dan belum banyak orang luar yang
mempelajarinya.
Salah satu ciri dari
perguruan ini adalah dari posisi adeg-adeg (kuda-kuda) yang lebih dekat sekali
dengan permukaan tanah. Dari informasi yang di peroleh, perguruan pencak silat
ini hampir sama dengan perguruan pencak Silat Terumbu.
4.
Pembeda
Ormas Pencak Silat yang Satu dengan yang Lainnya
Dari keterangan diatas, setap aliran perguruan silat
mempunyai banyak kemiripin antar datu dengan lainnya. Seperti syarat serta tata
cara latihan, serta dengan menggunakan unsur-unsur keIslaman seperti
Dzikir/Wirid, Shalat, Puasa, serta amalan lainnya.
Namun, yang dapat membedakannya adalah dilihat dari
jurusnya. Karena dengan teknis yang berbeda, dam tokoh/guru yang berbeda, maka
akan di dapatkan sebuah jurus yang tidak akan sama satu sama lain.
5.
Cara
Mengamalkannya dalam Kehidupan Sehari-Hari
Pencak silat adalah salah satu jenis beladiri yang
tidak boleh sembarang dalam mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Seorang
pelaku pencak silat sejati takkan pernah menunjukkan keahliannya kedepan umum
sampai ia benar-benar merasa terdesak hingga akhirnya menunjukkan sebagai
bentuk untuk membela diri ketika posisi sedang di serang oleh orang lain.
Dalam mempelajari pencak silat juga seorang guru
tidak akan memberikan semena-mena ilmunya terhadap seorang murid yang tidak bersungguh-sungguh
mempelajari. Hingga di buatkan aturan dan pantangan untuk seorang pelaku silat.
Pencak silat diamalkan hanya untuk di jalan
kebenaran, membela yang lemah, dan bisa juga sebagai bentuk hiburan, serta
sebagai ajang untuk berprestasi pada turnamen-turnamen pencak silat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar