Mr.Crab SpongeBob SquarePants Mr. Krabs

Jumat, 02 Januari 2015

Beladiri Khas Banten










1.      Latar Belakang Kesenian Debus




Menurut Rohendi, staf bidang kebudayaan pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Banten mengatakan bahwa Debus berasal dari kata “ora tembus”. Hal ini di lihat dari atraksi menggunakan benda tajam yang di gunakan dalam pertunjukkan kekebalan tubuh, dan benda tajam itu tidak dapat melukai pelaku atraksi. Dari situ maka timbullah filosofi akan kata Debus tersebut.
Debus merupakan kesenian khas masyarakat Banten yang hingga kini mampu berkembang dengan baik. Debus di ciptakan pada abad ke-16, pada masa pemerintahan sultan Maulana Hasanuddin  Banten. Debus dapat di terima dengan baik oleh masyarakat Banten pada masa itu karena akulturasi antara budaya lokal dengan syiar Islam yang di bawa oleh Sultan Maulana Hasanuddin. Sehingga dalam segala aktifitas pertunjukkan debus terdapat unsur-unsur ke-Islaman seperti Dzikir dan shalawat.
Pada masa itu, debus hanya di lakukan oleh para prajurit kerajaan sebagai ilmu yang wajib di pelajarinya sebagai bekal ketika bertarung melawan musuh ketika dalam keadaan terdesak. Namun hal ini kini dapat di pelajari oleh siapapun yang ingin mempelajarinya dengan sungguh-sungguh. Tetapi dalam mempelajari atraksi debus, seorang pemain debus harus disiplin dalam menjalani kehidupan kesehariannya. Harus bersih lahir batin, artinya ia harus seorang muslim sejati yang menjalankan segala ibadah baik puasa, shalat, maupun amalan-amalan lainnya. Juga dalam lingkungan sekitar ia dikenal sebagai pribadi yang baik yang sesuai dengan syariat Islam.

2.      Latar Belakang Pencak Silat

Pencak silat adalah seni beladiri khas Indonesia. Namun, pada dasarmya Provinsi Banten juga memiliki seni beladiri pencak silat tersendiri, yang pada dasarnya adalah sama, hanya penyebutan namanya saja yang berbeda. Di wilayah sunda, silat juga di sebut dengan sebutan  ulin (kelihaian untuk bertarung/berkelahi).
Sebagai pembeda antara pencak silat nusantara dengan pencak silat Banten terletak dari jurusnya yang mematikan, juga dari fungsi dan ritualnya. Di akhir pertunjukkan pencak silat khas Banten seringkali identik dengan atraksi debus. Sedangkan pencak silat nusantara tidak semuanya di akhiri dengan pertunjukkan debus itu sendiri.
Ada pendapat mengatakan, karena silat itu identik dengan berdzikir dan bershalawat, maka menyebut silat adalah shalat. Namun hal ini belum bisa di benarkan karena belum ada alasan yang kuat mengenai persamaan antara silat dan shalat. Karena pada dasarnya, pencak silat memakai mitologi Islam dalam setiap unsurnya. Seperti berdzikir, amalan, puasa, serta yang lainnya yang lebih merujuk pada ritual islami. Karena dengan itu semua, maka akan dapat memaksimalkan kekuatan yang ada pada diri manusia. Sehingga menimbulkan spekulasi seperti itu dalam lingkungan masyarakat.
Pencak silat dan debus sangat erat kaitannya. Karena kedua hal ini selalu tampil beriringan dalam setiap kali megadakan peertunjukkan. Silat mempelajari mengenai bagaimana mengolah akan kelihaian tubuh. Sedangkan debus, mengolah kekebalan tubuh.
Silat menurut tujuannya di bagi menjadi dua. Yakni, Kembang dan Eusi. Kembang artinya pencak silat di lakukan untuk pertunjukkan semata dan sebatas untuk hiburan. Sedangkan Eusi adalah pencak silat yang di lakukan seseorang hanya untuk dirinya sebagai bekal untuk berjaga-jaga atau untuk digunakan ketika waktu tertentu saat keadaan mendesak dan orang lain tidak boleh tahu bahwa ia memiliki ilmu bela diri pencak silat.
Menurut IPSI (Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia), silat juga terbagi menjadi dua. Yaitu Persilaga yang hanya di tampilkan pada saat berlaga/bertanding, dan Persilani  yaitu pencak silat yang di tampilkan hanya untuk keperluan seni.
Silat di sebut juga sebagai seni. Karena olah tubuh dalam gerakan silat memperlihatkan unsur estetika ketika pelaku silat memainkannya, sehingga dapat menampilkan keindahan hingga akhirnya silat di sebut sebagai seni beladiri.

3.      Cabang-Cabang Organisasi Pencak Silat Banten

·         PAGUYUBAN KESTI TTKKDH

Merupakan singkatan dari “Kebudayaan Seni Silat dan Tari Indonesia Tjimande Tari Kolot Kebon Djeruk Hilir” adalah wadah yang menghimpun para pesilat Tjimande yang memiliki ciri-ciri tersendiri serta sekaligus merupakan penerus budaya persilatan Tjimande yang didirikan pada tahun 1952dan berpusat di Serang.
Aliran Tjimande masuk ke Banten seiring dengan proses Islamisasi di Banten pada abad 17. Aliran ini berasal dari daerah Bogor, Jawa Barat. Karena pada masa itu Banten masih satu daerah dengan wilayah Jawa Barat, maka aliran pencak silat ini dapat berkembang pesat di daerah Banten yang hingga kini masih berkembang dengan baik, di setiap daerah pun banyak didirikan cabang kepengurusan akan organisasi ini.
Tokoh penyebar aliran pencak silat ini adalah Embah Khoir, Ibu Holiah, Ayah Horsi, Embah Otjot, Embah Main, Embah Buya, dan seterusnya.
Dalam penerimaan calon pesilat baru, banyak syarat, ritual, serta pantangan yang harus di lalui oleh pesilar baru tersebut. Diantaranya adalah dengan diawali mengucapkan dua kalimat syahadat, lalu di lanjutkan dengan mengucap sumpah janji yang berbunyi :

1.      Sesungguhnya saya masuk TTKKDH dengan tulus ikhlas dan suci hati, tidak karena suatu maksud yang tidak baik dan bukan karena paksaan
2.      Bahwa saya selama-lamanya akan meninggikan ajaran agama Islam serta melaksanakan segala perintah Allah dan RosulNya serta menjauhi segala laranganNya
3.      Ada empat janji dan sepuluh  amanat di dalam sumpah atau pertalekan tersebut.
                        Acara ritual penerimaan murid baru persilatan Cimande urutannya adalah :
1.      Tawasul/Hadarat
2.      Tahlil dan doa bersama
3.      Mengucapkan dua kalimat syahadat
4.      Mengucapkan sumpah janji dan pertalekan perguruan yang di lanjutkan dengan mencicipi rujak, minum dan rokok yang tersedia
5.      Pengurutan tangan murid baru, dengan minyak urut yang telah di siapkan
6.      Murid baru di latih kelid satu murid satu guru
Daftar susunan kelid aliran Tjimande versi Abah Mad Haris sebagaimana yang telah di turunkan oleh Mbah Buya adalah :
1.      Kelid Gede / Kelid Besar
2.      Kelid Leutik / Kelid Kecil
3.      Po Luar
4.      Po Jero / po Dalem
5.      Ketrok Luar
6.      Ketrok Jero / Ketrok Dalem
7.      Gojrog
8.      Timpah Sebelah
9.      Peupeuh Leungit
10.  Selup
11.  Selerekan
12.  Konclang Kepret
13.  Kedut
14.  Kokolewangan
15.  Pepedangan
16.  Purak Nangka
17.  Guntingan
18.  Po Macan
19.  Po Monyet
20.  Cepolan
21.  Porogan

·        PERGURUAN SILAT TERUMBU

            Perguruan ini adalah perguruan pencak silat yang tertua di Banten. Karena perkembangannya sebelum proses penyebaran islam yang di lakukan oleh Sunan Gunung Jati dan putranya Sultan Maulana Hasanuddin. Awal penyebaran perguruan ini berada di Desa Terumbu, Kecamatan Kasemen, Kabupaten Serang. Di katakan perguruan silat Terumbu karena penyebar aliran ini bernama Ki Terumbu. Jadi untuk menghargai jasanya, maka di sematkanlah nama beliau dalam perguruan pencak silat ini dan juga sebagai nama daerah perguruan silat ini berawal.
            Para sesepuh dan leluhur silat Terumbu adalah Ki Terumbu, Ki Buyud Beji, Abu Khalifah, Kiai Jamaludin, Kiai Abdul Fatah, Kiai Masmiabang, Ki Junaidi Kubro, serta masih banyak yang lainnya.
            Silat Terumbu ini juga memakai unsur-unsur keIslaman. Karena sebelum melaksanakan latihan pada malam hari, mereka di wajibkan untuk menunaikan shalat Isya, Wirid, baca shalawat dan dzikir hingga larut malam. Yang sebelumnya mereka juga di haruskan untuk berpuasa. Hal ini bertujuan untuk mendekatkan diri terhadap Allah SWT pemberi segala kekuatan. Karena prinsip silat Terumbu ini adalah menggunakan ilmu Silatnya untuk membela agama dan karena Allah SWT.
            Secara fisik silat ini terdapat perbedaan pada posisi kuda-kudanya yang lebih mendekati tanah dari pada perguruan lainnya. Dan kebanyakan jurus-jurusnya pun bersifat mematikan karena melakukan pukulan pada titik-titik yang mematikan. Dari hal ini, maka IPSI melarangnya untuk mengikuti perlombaan karena dapat membahayakan lawan.
            Jumlah jurus yang telah di ciptakan Ki Buyud Beji adalah 367 jurus. Namun pada penyebarannya kini jurus itu berjumlah 41 jurus utama dengan 12 jurus yang bebas di ajarkan, dan jurus sisanya di ajarkan pada murid dengan ketinggian level tertentu. 12 jurus tersebut terdiri dari 9 jurus dasar dan 4 jurus pecahan.
            9 jurus dasar antar lain:
1.      Tonjok
2.      Gentus
3.      Sangsut
4.      Sendok
5.      Depok1
6.      Depok2
7.      Colok
8.      Gebrak
9.      Tutup jurus
           

4 jurus pecahan antara lain:
1.      Cabut golok
2.      Sepak puter
3.      Bren
4.      Geburan

·        PERGURUAN SILAT BANDRONG

            Asal kata Bandrong adalah nama jenis ikan yang sekarang biasa di sebut dengan ikan terbang. Nama tersebut di ambil karena kemiripan jurus Silat Bandrong dengan sifat ikan Bandrong yang cepat melesat dalam serangan dan juga penyebaran silat Bandrong banyak di wilayah pesisir, dekat pantai.
            Pusat penyebaran silat Bandrong ada di wilayah Bojonegara, Pulo Ampel, Ciwandan hingga Pulo Merak dan sebagian di Karangantu. Wilayah penyebaran terbesar dari silat Bandrong adalah di Bojonegara dan Pulo Ampel.
            Silat Bandrong hampir setua Silat Terumbu karena di kembangkan bersamaan oleh KH. Yasin Beji sebagai tokoh silat Terumbu di wilayah Bojonegara, Pulo Ampel dan Ciwandan kepada para pejuang dan prajurit kerajaan guna menjaga kerajaan serta Sultannya.
            Cerita kepahlawanan dan kesatriaan silat Bandrong terangkat dengan peristiwa Geger Cilegon. Pesilat Bandrong identik dengan pejuang dan kebanggan tersebut tertanam pada para pesilat Bandrong hingga kini. Sedangkan pada Silat Terumbu lebih identik pada sifat dan gaya santri. Walau sebenarnya banyak juga para tokoh silat Bandrong adalah Kiai dan Ulama.
            Gerakan silat Bandrong sulit di tebak lawan karena banyak jurus-jurus yang menipu lawan dan di bantu dengan kcepatan. Contohnya adalah istilah “Beset”. Silat Bandrong jarang menggunakan kuncian. Gayanya adalah menyerang dan menjaga jarak ideal. Lebih mengutamakan kecepatan menjatuhkan lawan dan waspada pada serangan lawan.

·        PERGURUAN SILAT MANDERAGA (ULIN ABU)

            Aliran ini mungkin kurang di kenal di kalangan persilatan. Penyebabnya antara lain aliran pencak silat ini tidak mempunyai nama resmi dan seragam. Para penganut aliran ini ada yang menyebutkan dengan nama Ulin Abu (diambil dari nama penyebarnya, yaitu Ki Abu Arwanta), Ulin Sawah (mengambil nama tempat tinggal Ki Abu, yaitu Kampung Sawah), Ulin Makao (diambil dari asal orang Cina yang merupakan guru Ki Abu), Ulin Jeceng (nama salah seorang anak Ki Abu), Ulin Sabrang Girang (tempat tinggal Ki Asnawi), atau bahkan adapula yang tidak menyebutkan nama sama sekali.
Ki Abu Arwanta adalah seorang pendekar pencak silat yang telah mempelajari beberapa aliran pencak silat dari beberapa orang guru., baik di Banten maupun di luar Banten. Sampai pada suatu saat ia bertemu dengan ahli kuntao dari Makao, yang kemudian menjadi gurunya. Namun dalam proses berguru Ki Abu ternyata memiliki bakat untuk mengolah ilmu yang di terima dari orang Cina Makao itu dengan ilmu yang telah di dapat dari guru-guru sebelumnya, ia menyimpulkan bahwa masing-masing mempunyai keunggulan dan kelemahan. Timbullah pemikiran untuk menggabungkannya sehingga masing-masing kelemahan tersebut dapat saling di tutupi.
            Tanpa di ketahui oleh gurunya Ki Abu telah menciptakan suatu sistem perkelahian yang baru yang memadukan teknik pukulan dengan kecepatan gerak dan kepekaan rasa.
Sampai sekaranng aliran ini terus berkembang, bahkan hingga keluar daerah Banten. Yakni Pencak Silat Manderaga di Bandung, dan Perguruan Pencak Silat Alas Banten di Banyuwangi yang pada tingkat tertentu mempelajari alairan pencak silat ini.

·        PERGURUAN SILAT SERA

            Perguruan silat ini berada di daerah kaki Gunung Karang, Pandeglang- Banten. Namun masih sedikit informasi yang dapat menjelaskan mengenai perguruan silat ini karena di pelajari di daerah pedalaman Pandeglang dan belum banyak orang luar yang mempelajarinya.
            Salah satu ciri dari perguruan ini adalah dari posisi adeg-adeg (kuda-kuda) yang lebih dekat sekali dengan permukaan tanah. Dari informasi yang di peroleh, perguruan pencak silat ini hampir sama dengan perguruan pencak Silat Terumbu.

4.      Pembeda Ormas Pencak Silat yang Satu dengan yang Lainnya

Dari keterangan diatas, setap aliran perguruan silat mempunyai banyak kemiripin antar datu dengan lainnya. Seperti syarat serta tata cara latihan, serta dengan menggunakan unsur-unsur keIslaman seperti Dzikir/Wirid, Shalat, Puasa, serta amalan lainnya.
Namun, yang dapat membedakannya adalah dilihat dari jurusnya. Karena dengan teknis yang berbeda, dam tokoh/guru yang berbeda, maka akan di dapatkan sebuah jurus yang tidak akan sama satu sama lain.

5.      Cara Mengamalkannya dalam Kehidupan Sehari-Hari

Pencak silat adalah salah satu jenis beladiri yang tidak boleh sembarang dalam mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Seorang pelaku pencak silat sejati takkan pernah menunjukkan keahliannya kedepan umum sampai ia benar-benar merasa terdesak hingga akhirnya menunjukkan sebagai bentuk untuk membela diri ketika posisi sedang di serang oleh orang lain.
Dalam mempelajari pencak silat juga seorang guru tidak akan memberikan semena-mena ilmunya terhadap seorang murid yang tidak bersungguh-sungguh mempelajari. Hingga di buatkan aturan dan pantangan untuk seorang pelaku silat.
Pencak silat diamalkan hanya untuk di jalan kebenaran, membela yang lemah, dan bisa juga sebagai bentuk hiburan, serta sebagai ajang untuk berprestasi pada turnamen-turnamen pencak silat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar